Gagalnya Operasional Biskita Trans Pakuan: Cerminan Krisis Transportasi Publik Kota Bogor

Gagalnya Operasional Biskita Trans Pakuan: Cerminan Krisis Transportasi Publik Kota Bogor

Pakuan, Bogor - Biskita Trans Pakuan, layanan transportasi bus berbasis sistem Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Bogor, resmimenghentikan operasionalnya pada awal Januari 2025. Keputusan ini sontak mengejutkan masyarakat, terutama para pengguna setiayang selama ini mengandalkan moda transportasi tersebut untukaktivitas harian. Penghentian ini bukan tanpa sebab, melainkandipicu oleh berakhirnya dukungan subsidi dari pemerintah pusatmelalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dan belum siapnya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor untukmengambil alih penuh pengelolaan operasional.

Sejak pertama kali diluncurkan pada November 2021, BiskitaTrans Pakuan telah menjadi salah satu solusi transportasipublik yang diharapkan bisa mengurai kemacetan dan memberikan kenyamanan bagi warga Bogor. Namun, sistempembiayaan layanan ini sejak awal sangat bergantung pada subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ketika subsidi dihentikan di akhir 2024, PemkotBogor tidak siap untuk segera mengambil alih tanggung jawabpembiayaan melalui APBD. Akibatnya, seluruh layananBiskita di koridor 1, 2, 5, dan 6 dihentikan untuk waktu yang belum ditentukan.

Keputusan ini mengundang banyak kritik, terutama darikalangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor. Wakil Ketua I DPRD Kota Bogor, M. Rusli Prihatevy, menilai bahwa penghentian layanan ini dilakukan tanpakoordinasi dengan legislatif dan terkesan terburu-buru. Iamenyayangkan tidak adanya solusi konkret dari Pemkot untukmenjamin keberlanjutan layanan yang sudah berjalan dengancukup baik dan banyak membantu warga, termasuk pelajar.

Kritik juga datang dari Anggota Komisi II DPRD Kota Bogor, Akhmad Saeful Bakhri, yang menyoroti langkah Pemkotdalam membuka peluang kerja sama dengan pihak swastauntuk pengelolaan Biskita. Ia mempertanyakan keberadaanPerusahaan Umum Daerah (Perumda) Transportasi Pakuanyang seharusnya menjadi tulang punggung layanantransportasi publik milik daerah. Menurutnya, jika peranBUMD terus diabaikan, maka eksistensi lembaga tersebutmenjadi tidak relevan dan patut dievaluasi ulang.

Di sisi lain, Pemkot Bogor mengklaim bahwa penghentiansementara ini dilakukan sebagai bentuk evaluasi dan persiapan skema pengelolaan baru. Setelah lebih dari tigabulan vakum, Biskita Trans Pakuan akhirnya kembaliberoperasi secara terbatas pada 8 April 2025. Namundemikian, layanan yang tersedia hanya mencakup dua koridoryakni Koridor 1 (Terminal Bubulak–Cidangiang) dan Koridor2 (Terminal Bubulak–Ciawi), dengan jumlah armada 17 bus aktif dan dua bus cadangan. Masyarakat kini dikenai tarifsebesar Rp4.000 dengan sistem pembayaran non-tunai, termasuk QRIS.

Sementara itu, dua koridor lainnya yaitu Koridor 5 dan 6 masih belum beroperasi karena Pemkot Bogor tengahmelakukan kajian kelayakan terkait pembiayaan tanpadukungan pusat. Pemerintah kota juga telah mengusulkantambahan anggaran sebesar Rp10 miliar dalam APBD Perubahan 2025, serta dalam APBD Murni 2026 untukmenjamin keberlangsungan program ini.

Pengamat kebijakan publik, Dwi Arsywendo, menilai bahwakasus ini mencerminkan kurangnya perencanaan jangkapanjang dan kemandirian daerah dalam menyediakan layananpublik strategis. Ia menegaskan bahwa transportasi publikseperti Biskita seharusnya tidak bergantung penuh pada subsidi pemerintah pusat, melainkan didukung dengan sistempembiayaan berkelanjutan, manajemen profesional, dan political will dari pemangku kebijakan daerah.

Kisah gagalnya operasional Biskita Trans Pakuan menjadipelajaran penting bahwa keberhasilan transportasi publikbukan hanya soal infrastruktur dan subsidi, tetapi juga soalkomitmen, koordinasi lintas institusi, dan keberanianmengambil keputusan strategis demi kepentingan masyarakat. Kini, harapan masyarakat Bogor tertuju pada kembalinyalayanan yang andal, terjangkau, dan berkelanjutan agar kotaini tidak kembali terjerat dalam kemacetan dan kekacauantransportasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mie Kocok Bogor: Sensasi Kikil Legit yang Bikin Nagih, Kuliner Ikonik Kota Hujan!

Tugu Kujang Bogor: Lebih dari Sekadar Ikon, Simbol Sejarah dan Identitas Kota Hujan

Jalan ke BMKG Puncak Amblas! Longsor Ancam Akses Warga sekitar!